IKLAN;
IKLaN
Kumpulan Hadist Tarbawi - Makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hadist Tarbawi
BAB I
POTENSI ANAK
- a. Hadits (Al-lu’lu wal Marjan : 1.702)
حديث
ابي هريرة رضى الله عنه، قال النبى صلى الله عليه وسلم قال : مامن مولود
الا يولد على الفطرة. فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه. كما تنتج
البهيمة بهيمة جمعاء. هل تحسون فيها من جدعاء. ثم يقول أبو هريرة رضى الله
عنه : فطرة الله التى فطر الناس عليها لاتبديل لخلق الله، ذلك الدين القيم.
(رواه بخار و مسلم)
- b. Terjemahannya
“Abu Hurairah berkata:Nabi saw.bersabda:Tiada
bayi yang dilahirkan melainkan lahir diatas fitrah,maka ayah bundanya
yang mendidiknya menjadi Yahudi,Nasrani atau Majusi,sebagai lahirnya
binatang yang lahirnya lengkap sempurna.Apakah ada binatang yang lahir
terputus telinganya? Kemudian Abu Hurairah r.a. membaca : Fitratallahi
allati fatharan naasaalaiha,laa tabdila likhalqillahi (Fitrah yang
diciptakan Allah pada semua manusia,tiada perubahan terhadap apa yang
diciptakan oleh Allah.Itulah agama yang lurus”. (Bukhari,Muslim)
- c. Komentar / Tanggapan
Setiap
anak telah memiliki fitrah sejak ia dilahirkan atau suatu potensi yang
telah ada di dalam dirinya, orang tuanyalah yang memiliki tanggung tawab
untuk mendidik dan menjadikan anaknya seperti apa tergantung kepada
kedua orang tuanya. Potensi anak itu sangat bersih bagaikan suatu kertas
putih yang belum tercorat-coret oleh tinta. Sebagaimana yang dikatakan
Imam Ghazali dalam kitabnya, Ihya ‘Ulumuddin, mengibaratkan anak sebagai permata indah (Jauhar)
yang belum diukir, dibentuk dengan ke dalam suatu rupa. Permata itu
merupakan amanat Allah yang dititipkan kepada para orangtua. Karena itu,
menurut Al-Ghazali, orangtua harus memperhatikan fase-fase perkembangan
anaknya dan memberikan pendidikan yang memadai sesuai dengan fase yang
ada agar permata yang diamanatkan kepadanya dapat dibentuk rupa yang
indah.
Apalagi
untuk zaman sekarang orangtua sangat berperan penting dalam mendidik
anaknya, sebelum anaknya itu dimasukan ke sekolah atau anak itu melihat
dunia luar yang sangat bebas. Karena dasar tempat pendidikan utama
adalah rumah dan pendidiknya adalah semua orang-orang yang ada dalam
rumah anak tersebut terutama orang tua (Ibu Bapaknya).
BAB II
TANGGUNG JAWAB PENDIDIK
- a. Hadits
و
عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : لايمنع جار جاره أن يغرز جشبة
فى جداره ، ثم يقول أبو هريرة : مال أراكم عنها معرضين والله لارمين
أكتافكم ( متفق عليه )
- b. Terjemahannya
“Abu
Hurairah r.a berkata: “Rasulullah SAW. bersabda: “Janganlah menolak
seorang tetangga pada tetangganya yang akan menancapkan kayu di
temboknya, Kemudian Abu Hurairah berkata: “Mengapakah kamu mengabaikan
keterangan ini, demi allah saya akan memikulkan tanggung jawab atas
ajaran Nabi ini di atas bahumu”. (HR. Bukhari-Muslim)
- c. Komentar / Tanggapan
Dalam
hadits ini kami belum tahu apa maksudnya, sehingga hadits ini dijadikan
salah satu landasan untuk tanggung jawab pendidik. Tapi disini kami
akan sedikit menebak mungkin tanggung jawab disini merupakan ajaran Nabi
saw untuk umatnya, diharapkan kita jangan mengabaikan tanggung jawab
yang telah diembankan kepada kita, salah satunya tanggung jawab seorang
pendidik kepada peserta didiknya.
Apabila
tanggung jawab itu bisa dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan, Insya
Allah ajaran Nabi itu telah terlaksanakan dengan baik.
BAB III
JUJUR, OBJEKTIF dan CERDAS
- a. Hadist
عن
ابن مسعود رضي الله عنه، عن النبي صلى الله عليه وسلم، قال : أن الصدق
يهدي ألى البر، وإن البر يهدي إلى الجنة، وإن الرجل ليصدق حتى يكتب عنه
الله صديقا. وإن الكذب يهدي إلى الفجور، وإن الفجور يهدي إلى النار، وإن
الرجل ليكذب حتى يكتب عند الله كذابا ( متفق عليه )
- b. Terjemahannya
Dari Ibnu Mas’ud r.a Nabi saw, beliau bersabda : “Sesungguhnya
kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu akan
membimbing ke Surga, sesungguhnya jika seseorang yang senantiasa
berlaku jujur hingga ia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan
sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan
sesungguhnya kejahatan itu akan mengiring ke Neraka. Dan sesungguhnya
jika seseorang yang selalu berdusta sehingga akan dicatat baginya
sebagai seorang pendusta”. ( HR. Mutafaq ‘alaih )
- c. Komentar / Tanggapan
Perilaku
jujur itu lebih baik dari pada berdusta, itu pasti !!!. karena
kejujuran itu akan membawa kita pada kebaikan, Allah sangat menyukai
orang-orang yang berlaku jujur, dan akan ditempatkan disurga. Tetapi
orang-orang yang suka berdusta atau berbohong sangat dibenci Allah dan
akan ditempatkannya di Neraka. Seorang anak harus memiliki sikap jujur
dan tugas orang tua yang mendidik dan mengajarkan tentang kejujuran itu.
Adapun
pendidikan Shadaqah Jariyah dapat diterapkan sejak kecil dengan saling
membantu teman yang membutuhkan atau dengan cara mengisi kotak amal yang
ada di masjid terdekat dan pendidikan mencari ilmu yang bermanfaat bagi
kehidupan dunia dan akhirat tidak boleh berhenti karena dengan ilmu
kita akan mendapatkan kebahagian dunia ataupun kebahagian nanti di
akhirat. Pendidikan anak pun harus diperhatikan keberhasilan orang tua
mendidik anak untuk menjadi anak yang soleh dengan memberikan pendidikan
agama yang cukup di rumah dan selain itu memberikan sarana pendidikan
misalnya di masukkan ke lembaga-lembaga pendidikan agama atau kesuatu
sekolah yang memberikan pendidikan agamanya yang maksimal. Penerapan
metode belajar agama oleh seorang pendidik sangat penting untuk
menciptakan seorang anak yang jujur, shaleh dan berakhlakul karimah.
BAB IV
BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA
- Hadits
عن
ابى مسعود رضي الله عنه قال سألت النبي صلى الله عليه وسلم : أي الاعمال
أحب الى الله تعالى قال الصلاة على وقتها قلت ثم أي بر الوالدبن قلت ثم أي
قال الجهاد فى سبيل الله. ( متفق عليه )
- Terjemahannya
Dari Ibnu Mas’ud r.a ia berkata : “aku
pernah bertanya kepada Nabi saw manakah amalan yang paling dicintai
Allah ? Beliau menjawab : shalat tepat waktu, aku bertanya : lalu apa
lagi ? beliau menjawab : berbakti kepada orang tua, aku bertanya lagi ?
beliau menjawab : berjihad di jalan Allah. ( HR. Mutafaq ‘alaihi )
- Komentar / Tanggapan
Amalan
yang dicintai oleh Allah itu ada 3, yaitu shalat tepat waktu, berbakti
kepada orang tua dan berjihad di jalan Allah. Dalam hal berbakti kepada
orang tua, sudah sepantasnya seorang anak itu berbakti kepada kedua
orang tuanya, ibunya yang telah mengandung, melahirkan, menyusui dan
membesarkannya serta mendidiknya dan ayahnya yang telah mencari nafkah
untuk membiayai kehidupan anak dan istrinya. Apabila anak itu durhaka
kepada orang tuanya sungguh sangat tidak pantas, karena semua yang
dilakukan oleh orang tuanya kepadanya tidak akan pernah terbalaskan
sampai kapanpun.
Oleh
karena itu, kita sebgai anak kita harus mempunyai rasa kasih sayang
terhadap kedua orang tua kita sehingga suatu saat merka dimasa tua nanti
kitalah yang akan mendidik dan dan merawat mereka dengan penuh kasih
dan sayang sebagaimana mereka mendidik kita dan menyayangi kita sejak
kecil. Hadist nabi juga mengatakan kalau surga itu dibawah telapak kaki
ibu, kalau kita ingin meraih surganya Allah maka kita harus selalu
berbuat baik terhadap kedua orang tua kita.
BAB V
AMANAH
- Hadits
وعن
ابى هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : أية
المنافق ثلاث : إذا حدث كذب، وإذا وعد أحلف فإذا أتمن خان ( متفق عليه )
- Terjemahannya
Dari Abi Hurairah r.a bahwasannya Rasulullah saw bersabda : “Tandanya
orang Munafiq itu ada tiga, yaitu : jikalau ia berbicara berdusta,
jikalau ia berjanji menyalahi (inkar) dan jikalau ia dipercaya
berkhianat”. (HR. Mutafaq ‘alaih)
- Komentar / Tanggapan
Amanah
merupakan salah satu sikap yang disukai oleh Allah, Rasul dan semua
orang. Apabila seseorang telah amanah atau terpercaya maka selamanya dia
akan dipercaya oleh siapapun, tetapai ketika seseorang telah lalai
dalam mengemban amanah maka akan sulit untuk dapat dipercaya oleh orang
lain, sifat amanah ini memang dangat sulit sekali dimiliki oleh semua
orang, tetapi apabila kita berusaha untuk menjadi orang yang amanah maka
orang lain akan salalu percaya kepada kita. Dan apabila sudah hilang
sikap amanah itu didalam diri kita meskipun kita hanya satu kali tidak
berbuat amanah, maka akan susah mengembalikan kepercayaan orang lain
terhadap diri kita.
BAB VI
PERSAUDARAAN dan KERJASAMA
- Hadits
وعن
ابن عمر رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال : المسلم
لايظلمه ولايسلمه من كان فى حاجة أخيه كان الله فى حاجته، ومن فرج عن مسلم
كربة فرج الله عنه بها كربة من كرب يوم القيامة، ومن ستر مسلما ستره الله
يوم القيامة ( متفق عليه )
- Terjemahannya
Dari Ibnu `Umar r.a melaporkan:. Rasulullah (saw) bersabda: ”
Seorang muslim adalah saudara (lain) Muslim, ia tidak kesalahan dia
juga tidak menyerahkannya kepada orang yang tidak dia salah Jika ada
memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan memenuhi kebutuhannya, jika
satu mengurangi seorang muslim dari kesulitan, Allah akan meringankan
kesulitannya pada hari kiamat, dan jika ada yang menutupi seorang Muslim
(dosa-dosanya), Allah akan menutupi dia (nya dosa-dosa) di Hari
Kebangkitan “. (HR.Mutafaq ‘alaihi)
- Komentar / Tanggapan
Allah
telah menjanjikan berbagai pahala dan ganjaran bagi muslim yang mampu
meringankan kesulitan muslim lainnya, menutupi dosa-dosanya, dan
membantunya. Karena pada dasarnya semua muslim itu adalah bersaudara.
Allah sangat menyukai orang-orang yang tidak pernah memutuskan tali
silaturahmi. Persaudaraan itu bukan hanya harus satu darah atau senasab,
akan tetapi dalam satu agama sebenarnya kita telah menjadi saudara
yaitu antara muslim yang satu dengan muslim yang lainnya. Maka sudah
sepantasnya kita selalu menjaga persaudaraan ini, dengan cara terus
mempererat tali silaturahmi diantara muslim, saling membantu dan bekerja
sama dalam kebaikan dan mencegah segala keburukan.
Hadits
tersebut dapat diterapkan dalam pendidikan dengan mendidik bahwa setiap
manusia harus saling membantu karena setiap muslim dalam suatu
kebaikan. Dengan rasa persaudaraan yang kuat maka kerjasama dalam
memajukan bidang pendidikan akan terlaksana. Seorang pendidik harus
membantu setiap muslim yaitu dengan memberikan nasehat yang membawa
kepada kebaikan dan kemajuan khususnya bagi setiap muslim yang telah
kita beri nasehat dan umumnya bagi seluruh umat muslim di dunia ini.
Dan seorang pendidik harus mengajarkan kepada peserta didiknya bagaimana
suatu persaudaran dan kerjasama yang di ridhai Allah swt itu !.
BAB VII
SIKAP CERIA dan SITUASI KONDUSIF DALAM PEMBELAJARAN
- Hadits
عن
أبي العبَّاسِ عبدِ اللهِ بنِ عباسِ بنِ عبد المطلب رضِيَ اللهُ عنهما ،
عن رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم – ، فيما يروي عن ربهِ ، تباركَ
وتعالى ، قَالَ : (( إنَّ اللهَ كَتَبَ الحَسَنَاتِ والسَّيِّئَاتِ ثُمَّ
بَيَّنَ ذلِكَ ، فَمَنْ هَمَّ بحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَها اللهُ
تَبَارَكَ وتَعَالى عِنْدَهُ حَسَنَةً كامِلَةً ،وَإنْ هَمَّ بهَا
فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عَشْرَ حَسَناتٍ إِلى سَبْعمئةِ ضِعْفٍ إِلى
أَضعَافٍ كَثيرةٍ ، وإنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا
اللهُ تَعَالَى عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلةً ، وَإنْ هَمَّ بِهَا
فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً )) مُتَّفَقٌ عليهِ
- Terjemahannya
Dari
Abul Abbas, yaitu Abdullah bin Abbas bin Abdul Muththalib, radhiallahu
‘anhuma dari Rasulullah s.a.w. dalam suatu uraian yang diceriterakan
dari Tuhannya Tabaraka wa Ta’ala Hadis semacam ini disebut Hadis Qudsi –
bersabda:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu mencatat semua kebaikan dan keburukan,
kemudian menerangkan yang sedemikian itu – yakni mana mana yang termasuk
hasanah dan mana mana yang termasuk sayyiah. Maka barangsiapa yang
berkehendak mengerjakan kebaikan, kemudian tidak jadi melakukannya, maka
dicatatlah oleh Allah yang Maha Suci dan Tinggi sebagai suatu kebaikan
yang sempurna di sisiNya, dan barangsiapa berkehendak mengerjakan
kebaikan itu kemudian jadi melakukannya, maka dicatatlah oleh Allah
sebagai sepuluh kebaikan di sisiNya, sampai menjadi tujuh ratus kali
lipat, bahkan dapat sampai menjadi berganda-ganda yang amat banyak
sekali. Selanjutnya barangsiapa yang berkehendak mengerjakan keburukan
kemudian tidak jadi melakukannya maka dicatatlah oleh Allah Ta’ala
sebagai suatu kebaikan yang sempurna di sisiNya dan barangsiapa yang
berkehendak mengerjakan keburukan itu kemudian jadi melakukannya, maka
dicatatlah oleh Allah Ta’ala sebagai satu keburukan saja di sisiNya.” (HR.Muttafaq ‘alaih)
- Komentar / Tanggapan
Kebaikan
dan keburukan merupakan dua sifat yang selalu bertolak belakang,
kebaikan akan memuntun kita menuju ke surga, sedangkan keburukan akan
menuntu kita ke neraka. Allah swt, bahkan telah menjanjikan pahala bagi
orang yang melakukan kebaikan dan menyiksa orang yang melakukan
keburukan. Jangankan melakukannya, dengan sudah berniat untuk melakukan
kebaikan, Allah telah mencatatnya sebagai kebaikan disisnya bahkan jika
ia melakukan kebaikan itu. Begitu pula sebaliknya, dengan orang yang
sudah berniat untuk melakukan keburukan maka akan dicatat pula oleh
Allah sebagai suatu keburukan disisinya.
BAB VIII
KELEMBUTAN dan KEARIFAN DALAM PENDIDIKAN
- Hadits
وعن
ابن عباس رضي الله عنهما قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم لأشج عبد
القيس : [ إن فيك خصلتين يحبهما الله : الحلم والأناة ] رواه مسلم
- Terjemahannya
Dari Ibnu Abbas RA berkata, Rasulallah Saw bersabda kepada ‘’Abdul Qais yang terluka: “sesungguhnya didalam dirimu ada dua sifat yang disukai oleh Allah yaitu: santun dan sabar”. (HR Muslim)
- Komentar / Tanggapan
Sifat
santun dan sabar memang disukai oleh Allah swt, maka dari itu kita
sebagai umat manusia harus memiliki sikap seperti itu. Memang sifat
seperti itu telah ada di dalam diri manusia, namun tergantung kepada
kita bagaimana memanfaatkan dan menggunakan sifat itu. Dengan sifat
santun, diharapkan kita dapat berlaku sopan santun kepada siapa saja
baik itu orang yang lebih tua dari kita, orang yang lebih muda, dan
orang yang sebaya dengan kita. Sedangkan dengan sifat sabar, diharapkan
kita dapat sabar dalam menghadapi apapun, baik itu berupa cobaan, maupun
kenikmatan. Karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
memiliki sifat santun dan sabar.
Dalam
dunia pendidikan tidak sepantasnya ada kesombongan baik guru maupun
peserta didik. Apalagi seorang guru yang menjadi faktor sentral dalam
pendidikan, dan seorang guru adalah sebuah contoh bagi peserta didiknya
dan guru adalah bagaikan malaikat yang memberikan motivasi ketika
peserta didiknya mulai-mulai malas dan sebagai pembawa solusi ketika
peserta didiknya ada masalah. Dalam istilah orang sunda “ digugudan ditiru”.
Kalau gurunya mempunyai Akhlak yang jelek. Bagaimana dengan murdinya?
Mungkin akan lebih parah. Masalah inilah yang hendaknya kita waspadai.
Santun,
lembut, arif dan sabar adalah sifat yang harus ada didalam diri seorang
pendidik. Dari keempat sifat tersebut, apabila ada yang hilang salah
satu maka tidak akan seimbang. Contohnya kalau tidak ada sifat sabar
dari seorang pendidik maka tidak akan disukai oleh peserta didik dan
akan hancur proses pendidikan tersebut. Apalagi kalau guru PAUD atau SD
harus mempunyai jiwa kesabaran yang baik dan Istiqamah.
BAB IX
HIDUP SECARA PROFESIONAL
- Hadits
- Terjemahannya
Abu
Hurairah] berkata: Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berada
dalam suatu majelis membicarakan suatu kaum, tiba-tiba datanglah seorang
Arab Badui lalu bertanya: “Kapan datangnya hari kiamat?” Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tetap melanjutkan pembicaraannya. Sementara itu sebagian kaum ada yang berkata; “beliau mendengar perkataannya akan tetapi beliau tidak menyukai apa yang dikatakannya itu,” dan ada pula sebagian yang mengatakan; “bahwa beliau tidak mendengar perkataannya.” Hingga akhirnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyelesaikan pembicaraannya, seraya berkata: “Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi? “Orang itu berkata: “saya wahai Rasulullah!”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila sudah hilang amanah maka tunggulah terjadinya kiamat”. Orang itu bertanya: “Bagaimana hilangnya amanat itu?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka akan tunggulah terjadinya kiamat.
- c. Komentar / Tanggapan
Memang
benar apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw, ketika dia sedang
memberikan pengajarannya ada seorang Arab badui yang bertanya, padahal
bukan waktunya untuk bertanya, sehingga Rasulullah saw tidak
menjawabnya. Seandainya Rasulullah saw menjawabnya langsung, maka akan
mengganggu pembicaraanya, konsentrasi Mustami’nya, dan menunjukan sikap
seorang pengajar yang tidak profesional. Kecuali kalau memang
pertanyaannya sangat penting dan kalau tidak di jawab langsung akan
mengakibatkan kemadharatan, maka seorang pengajar harus menjawabnya pada
langsung.
Memang
tidak akan selesai dengan baik kalau suatu urusan diserahkan kepada
orang yang bukan ahlinya, seperti seorang guru ahli dalam bahasa Inggris
di suruh mengajar matematika, maka tidak akan sempurna dalam proses
pembelajarannya.
BAB X
PERNIKAHAN
- a. Hadist
وَعَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ :
( تُنْكَحُ اَلْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ : لِمَالِهَا , وَلِحَسَبِهَا ,
وَلِجَمَالِهَا , وَلِدِينِهَا , فَاظْفَرْ بِذَاتِ اَلدِّينِ تَرِبَتْ
يَدَاكَ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ مَعَ بَقِيَّةِ اَلسَّبْعَةِ
- b. Terjamahannya
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Perempuan
itu dinikahi karena empat hal, yaitu: harta, keturunan, kecantikan, dan
agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat beragama, engkau akan
berbahagia.” HR. Muttafaq Alaihi dan Imam Lima.
- c. Komentar / Tanggapan
Dalam
hadits ini kita sebagai seorang pendidik/guru harus bersikap
Professional dalam mendidik muridnya, jangan dipandang sebelah mata,
kepada murid yang telah menurut kita memang kurang dalam segala hal,
dari mulai harta, keturunan, kecantikan/ketampanan anak didik kita, tapi
yang harus kita lihat itu adalah agamanya, atau apakah dia memang
membutuhkan ilmu dari kita, kita harus mendidiknya dengan baik dan
menyampaikan ilmu kepadanya walaupun satu ayat. Terutama kita harus
mendidik seorang murid itu harus melihat agamanya, agar apa yang akan
kita sampaikan itu tidak bertentangan dengan ajaran agamanya, khususnya
dalam mata pelajaran pendidikan keagamaan.
Hadits
ini memang cukup bagus untuk diimplikasikan terhadap pendidikan, karena
sebelum kita mendidik orang lain kita harus mendidik dulu diri kita
sendiri, keluarga, kerabat dekat dan setelah itu kepada orang lain.
BAB XI
PAKAIAN dan HIASAN
- a. Hadits
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : بَيْنَمَا رَجُلٌ يُصَلِّيْ مُسْبِلاً إِزَارَهُ
إِذْ قَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ ص م: اِذْهَبْ فَتَوَضَّأْ ! فَذَهَبَ
فَتَوَضَّأَ ثُمَّ جَاءَ ، ثُمَّ قَالَ : اِذْهَبْ فَتَوَضَّأْ ! فَذَهَبَ
فَتَوَضَّأَ ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ : يَا رَسُوْلُ اللهِ ، مَا
لَكَ أَمَرْتَهُ أَنْ يَتَوَضَّأَ ثُمَّ سَكَتَّ عَنْهُ ؟ فَقَالَ :
إِنَّهُ كَانَ يُصَلِّي مُسْبِلٌ إِزَارَهُ وَإِنَّ اللهَ تَعَالَى لَا
يَقْبَلُ صَلاَةَ رَجُلٍ مُسْبِلٌ إِزَارَهُ. (رواه أبو داود)
- b. Terjemahannya
“Dari Abu Huroiroh ra. Telah berkata :
“Ada seorang pemuda yang mana kainnya terjulur, maka Rosululloh berkata
: “Pergilah dan berwudhulah (sekali lagi) !”, maka dia pergi dan
berwudhu kemudian datang, kemudian Rosul berkata : “pergilah dan
berwudhulah !”, maka ada seseorang yang bertanya : “wahai Rosululloh
mengapa engkau memerintahkan dia berwudhu kemudian engkau mendiamkannya ?
“, Beliau menjawab : “Sesungguhnya dia sholat dengan menjulurkan
kainnya, dan bahwasanya Alloh tidak menerima sholat seseorang yang
menjulurkan kainnya.” (H.R. Abu Dawud)
- Komentar / Tanggapan
Pakaian
dan perhiasan yang merupakan dua hal yang sangat berkaitan. Disini
Allah menyukai para hambanya baik itu muslim laki-laki maupun muslim
perempuan yang mau menutupi aurat mereka seperti yang telah dijelaskan
dalam Al-Quran batasan-batasan muslim laki-laki dan perempuan untuk
menutup auratnya. Dari segi pakaian, Allah telah memerintahkan kepada
kita untuk menggunakan pakaiaan yang dapat menutupi aurat kita, dan
menggunakan perhiasan yang seperlunya saja tanpa berlebih-lebihan.
Karena Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berlebih-lebihan.
Wanita sholehah itu adalah perhiasan dunia, dan laki-laki yang menjaga
kehormatan wanita adalah para penjaganya.
BAB XII
‘AMAL MA’RUF NAHI MUNKAR
- Hadits
عن
ابى سعد الخدري رضي الله عنه قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم
يقول : من راء منكم منكرا فليغيره بيده، فأن لم يستطيع فبلسانه، فأن لم
يستطيع فبقلبه وذالك ضعف الايمان ( رواه مسلم )
- Terjemahannya
Dari Abu Sa’id al-Khudriy r.a berkata : aku mendengar Rasulullah saw bersabda : “Barang
siapa diantara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubah
dengan tangannya, jika tidak mampu, maka dengan lisannya, dan jika tidak
mampu, maka dengan hatinya, yang demikian itu adalah selemah-lemahnya
Iman”.(HR. Muslim)
- Komentar / Tanggapan
Amar
ma’ruf nahi munkar atau mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari
keburukan adalah hal yang memang mudah tapi sulit untuk melakukannya.
Dalam hal ini kita sebagai umat muslim sudah sepantasnya untuk mengajak
siapa saja melakukan kebaikan dan mencegah atau melarang berbuat
keburukan dan kejahatan. Ketika seseorang melihat ada yang melakukan
kemungkaran maka ingatkan dengan tangannya, apabila tidak bisa maka
dengan lisannya, apabila masih tidak bisa maka dengan hatinya. Maksudnya
jika ada kemungkaran maka kita wajib mencegahnya, dan mengingatkan
supaya tidak melakukan hal-hal yang dilarang dan dibenci oleh Allah.
BAB XIII
EVALUASI PENDIDIKAN
- Hadits
أَخْبَرَنِي
مُحَمَّدُ بْنُ آدَمَ عَنْ ابْنِ فُضَيْلٍ عَنْ أَبِي سِنَانٍ عَنْ
مُحَارِبِ بْنِ دِثَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا وَنَهَيْتُكُمْ عَنْ
لُحُومِ الْأَضَاحِيِّ فَوْقَ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فَامْسِكُوا مَا بَدَا
لَكُمْ وَنَهَيْتُكُمْ عَنْ النَّبِيذِ إِلَّا فِي سِقَاءٍ فَاشْرَبُوا فِي
الْأَسْقِيَةِ كُلِّهَا وَلَا تَشْرَبُوا مُسْكِرًا
- Terjemahannya
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Adam dari Ibnu Fudlail dari Abu Sinan dari Muharib bin Ditsar dari ‘Abdullah bin Buraidah dari bapaknya dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku
telah melarang kalian berziarah kubur, maka -sekarang- ziarahlah kubur,
dan aku pernah melarang kalian -memakan- daging kurban lebih dari tiga
hari, maka simpanlah apa yang kalian kehendaki -dari daging-daging
tersebut- dan aku pernah melarang kalian dari nabidz (minuman yang
terbuat dari anggur) kecuali yang terdapat dalam tempat minum, maka
minumlah yang ada dalam semua tempat minum dan janganlah kalian minum
sesuatu yang memabukkan.” (HR. Muslim)
- Komentar / Tanggapan
Dalam
suatu pendidikan pasti dibutuhkan suatu evaluasi, karena dengan
evaluasi inilah untuk meningkatkan kualitas seorang pendidik dan melihat
bagaimana perkembangan pengetahuannya. Karena Nabi dalam hadist ini
beliau mengevaluasi suatu perbuatan yang dilakukan oleh para sahabat,
dari asalnya dilarang oleh Nabi, tapi setelah itu dibolehkan karena
melihat banyak manfaatnya dari pada madharatnya, dan begitu juga dari
asalnya dibolehkan oleh Nabi saw, tapi setelah itu dilarang oleh Nabi
saw karena melihat banyak madharatnya dari pada manfaatnya.
Berdasarkan
hadist di atas dalam melaksanakan sesuatu itu kita perlu melakukan
evaluasi, tidak hanya dalam hal pendidikan tetapi juga tentang
perbuatan-perbuatan kita serta ibadah kita kepada Allah SWT.
IKLAN
0 komentar on Kumpulan Hadist Tarbawi :
Silahkan berkomentar yang baik dan Jangan Spam !